
Area pulau-pulau kecil Pianemo yang tersusun dari batuan kapur (karst). Terletak di Kepulauan Wayag, Raja Ampat.
Raja Ampat, Papua Barat Daya – Kawasan Raja Ampat yang dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dan wisata bahari dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat ekspansi penambangan nikel.
Aktivitas penambangan nikel yang sudah berlangsung beberapa tahun di Pulau Gag kini menargetkan ekspansi ke beberapa pulau sekitar Raja Ampat. Dengan begitu nantinya tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengganggu mata pencaharian masyarakat lokal yang bergantung pada sektor perikanan dan pariwisata.
Sejak 2020, area pertambangan nikel di Raja Ampat bertambah sekitar 494 hektar. Meningkat tiga kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Total area yang telah diberikan izin pertambangan mencapai lebih dari 22.420 hektar, yang hampir mencakup seluruh Pulau Gag.
Penebangan hutan untuk membuka lahan tambang menyebabkan sedimentasi tinggi yang menutupi terumbu karang, mengurangi penetrasi cahaya matahari, dan menghambat fotosintesis alga yang menjadi sumber makanan bagi banyak spesies laut.
Dampak terhadap Masyarakat Lokal
Masyarakat adat menolak ekspansi pertambangan nikel karena khawatir akan dampak lingkungan dan sosial. Aktivitas tambang yang tidak terkendali dapat merusak ekosistem, memicu konflik sosial, dan mengancam mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata.
Selain itu, praktik penambangan yang tidak berkelanjutan telah meningkatkan pencemaran dan frekuensi bencana terkait penambangan, seperti tanah longsor dan banjir bandang.
PT Gag Nikel, anak perusahaan Antam, mengklaim telah melakukan berbagai langkah untuk meminimalkan dampak lingkungan, termasuk pengelolaan limbah dan reklamasi lahan. Perusahaan juga mengadakan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan lokal.
Namun, masyarakat dan aktivis lingkungan meragukan efektivitas langkah-langkah tersebut dan mendesak pemerintah untuk lebih tegas dalam melindungi lingkungan dan hak-hak masyarakat adat.
Keseimbangan antara Ekonomi dan Lingkungan
Penambangan nikel di Raja Ampat menimbulkan dilema antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Terutama mengenai upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan perlindungan ekosistem geopark di Raja Ampat yang sudah dikenal secara internasional maupun area-area yang sedang dalam proses pengembangan.
Meskipun penambangan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan menciptakan lapangan kerja, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dapat berdampak jangka panjang terhadap ekosistem laut dan kehidupan masyarakat lokal.
Penting bagi pemerintah dan perusahaan untuk menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan. Perlu memastikan bahwa manfaat ekonomi tidak mengorbankan kelestarian lingkungan dan hak-hak masyarakat adat. (Julian Haganah Howay)